Membuka kunci masa depan digital pertanian Indonesia
Bayangkan sebuah pertanian yang “berbicara” langsung dengan petani melalui telepon seluler – mengirimkan pembaruan instan tentang nutrisi tanah dan siklus panen, dan peringatan mendesak untuk menambah air atau pupuk. Futuristik? Fantastis?
Teknologi tersebut sudah ada saat ini, dan akan menjadi pendorong penting untuk memicu pertumbuhan di sektor pertanian Indonesia. Dengan kekayaan tanahnya yang subur, Indonesia adalah pemain pertanian utama – produsen global terbesar keempat dan eksportir penting.
Pertanian adalah bagian penting dari perekonomian Indonesia, yang berkontribusi secara signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) dan mempekerjakan hampir sepertiga tenaga kerja negara. Tetapi jumlah ini menurun, dengan lebih sedikit orang muda yang tertarik untuk memasuki lapangan.
Hal ini dapat berkontribusi pada ketergantungan yang lebih tinggi pada impor dan pendapatan yang lebih rendah bagi petani, yang sebagian besar adalah petani kecil. Perhatian utama petani adalah akses ke modal, pengendalian hama dan penyakit, dan akses pasar. Biaya produksi tanaman pokok juga 25-50 persen lebih tinggi di Indonesia daripada di negara tetangga, menurut ACRE, pusat analisis lanjutan pertanian McKinsey.
Semua penyebab stres ini diperparah oleh COVID-19, yang menyebabkan penurunan harga, kelangkaan pembeli, dan kesulitan mendapatkan kebutuhan seperti pestisida. Bagaimana petani dapat meningkatkan produktivitas dalam iklim yang menuntut ini? Survei terbaru oleh McKinsey & Company – yang menjangkau 200 petani Indonesia di enam provinsi dan 80 desa – menemukan beberapa solusi teknologi yang berpotensi kuat.
Teknologi pertanian (AgTech), termasuk inovasi digital, dapat membuka nilai tambahan sebesar US $ 500 miliar untuk PDB global pada tahun 2030, meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan produktivitas.
Ada banyak jalan menarik untuk dijelajahi. Otomatisasi, seperti menggunakan drone atau balon hidrogen untuk menyemprot pestisida, dapat sangat memengaruhi ketergantungan pada tenaga kerja manual dan waktu aplikasi, sementara perangkat irigasi cerdas dapat memangkas biaya.